Obesitas Pada Anak. Benarkah Anakku Obesitas?

Obesitas pada anak seringkali jadi “pekerjaan” tersendiri untuk orangtua baru seperti saya. Apalagi pada Isya yang notabene sejak dia lahir tidak mengonsumsi ASI. Oleh karena itu obesitas pada anak menjadi salah satu momok bagi saya.

Melihat perkembangan Isya yang sedemikian rupa, dari waktu ke waktu orang mengatakan seperti “roti sobek” saya jadi was-was sendiri. Saat memasuki usia tiga bulan saja, berat badannya sudah masuk ke garis kuning overweight. Namun begitu alhamdulillah dia sehat, tidak ada gangguan kesehatan apapun maupun alergi.

Hingga usianya yang masuk ke 12 bulan, dia agak susah berdiri hehe.. karena super ndut sih menurut saya. Namun entah apakah ia bisa dikatakan obesitas atau punya kecenderungan kesana atau tidak, belum bisa kita putuskan juga karena harus berkonsultasi dengan ahlinya bukan?

Oleh karena itu dalam artikel ini saya akan menuliskan tentang obesitas pada anak agar teman-teman tidak paranoid atau berpikir berlebihan apakah anak-anak benar-benar obesitas? Ataukah dia hanya overweight dan mungkin saja bisa mencapai berat badan ideal karena aktivitasnya nanti?

Obesitas pada anak ini dituliskan berdasarkan buku yang pernah saya baca yang ditulis oleh dokter Apin yang terkenal itu. Yuk simak sampai habis ya!

Obesitas Pada Anak, Bagaimana sih Tampilan Anak yang Obesitas?

Teman-teman tentu berpikir, “ih lucu banget, gemesin!” begitu melihat anak yang gemuk. Namun bila tidak dipantau berat badannya secara berkala, anak dapat masuk ke kriteria obesitas atau kelebihan berat badan lho!

Anak disebut obes bila berat badan menurut tinggi badan di grafik pertumbuhan berada pada z-score > +3 dan overweight pada > +2 menurut kriteria WHO. Grafik ini juga terdapat di dalam buku KIA. Indeks massa tubuh (IMT) pada anak obes (usia <5 tahun) berada >=+3 pada kurva WHO 2006 dan pada anak obes (usia >=5 tahun) lebih dari +2 z-score pada grafik WHO. Setidaknya pada kota-kota besar di Indonesia, lebih dari 10% anak mengalami obesitas.

Faktanya teman-teman juga harus waspadai ini:

Anak obes biasanya mengalami early adiposity rebound, yaitu indeks massa tubuh (IMT) terendah yang terjadi lebih dini dan cepat (usia kurang dari 5 tahun) – dr.Arifianto, Sp.A

Bagaimana tampilan anak obes? Cara mudah mengetahui anak mengalami obesitas adalah bentuk pipinya yang tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, perut membuncit dan berlipat-lipat, payudara membesar, kedua tungkai umumnya berbentuk X, paha dalam saling menempel dan pada anak laki-laki penis tampak kecil dan terbenam.

Selain itu anak seringkali tidur mengorok, tidur tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari dan berkurangnya konsentrasi belajar di sekolah.

Penyebab Obesitas Pada Anak

mengatasi obesitas pada anak

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan makanan berupa energi yang dihasilkan dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi yang ada akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak di seluruh tubuh.

Selain asupan makanan yang berlebihan, pengeluaran energi yang kurang disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, rendahnya metabolisme tubuh, dan rendahnya pemecahan jenis makanan tertentu seperti makanan yang banyak mengandung lemak ketimbang makanan dari sumber karbohidrat dan protein.

Asupan makanan yang berlebih merupakan penyebab utama obesitas (sering disebut sebagai obesitas primer atau nutrisional) dan sisanya sekitar 10% diakibatkan oleh kelainan hormon, sindrom atau kerusakan gen (obesitas sekunder atau non-nutrisional).

Dampak Obesitas

Anak obesitas akan rentan terkena penyakit kardiovaskuler, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi jamur dan kulit, gangguan panggul dan lutut, kista ovarium hingga gejala sesak atau asma. Selain fungsi tubuh, anak obes juga akan terkena dampak psikososial karena bentuk tuubuhnya.

Akibatnya anak menjadi minder dan depresi. Selain itu anak juga berisiko tinggi mendapat perlakuan perundungan (bullying) baik verbal maupun fisik di sekolah.

Pencegahan Obesitas

Secara umum, obesitas diatasi dengan membatasi asupan makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Mengurangi asupan kalori dapat dilakukan dengan menurunkan asupan lemak dan karbohidrat serta meningkatkan asupan serat dan air.

Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan asupan buah dan sayur minimal 5 porsi sehari, disertai cukup mminum, dan tanpa gula. Mengurangi asupan minuman manis terbukti mampu menghambat peningkatan berat badan anak obes. Yang terpenting, lingkungan anak harus suportif dan menjadi panutan agar mencegah anak mengalami obesitas.

Semoga anak-anak kita sehat selalu yaaa! Semoga artikel ini bermanfaat!

Baca juga tips parenting lainnya di sini ya!

 

Referensi:

Makan Tepat Tumbuh Sehat oleh dr.Arifianto, Sp.A dan dr.Pratami Diah Herliani

Leave a Comment

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)