Umamah Binti Abil As Bin Robi, Cucu Kesayangan Rasulullah

Seri Perempuan Peradaban episode 12 kali ini akan membahas tentang cucu seorang cucu kesayangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. 

Kalau berbicara tentang cucu Rasulullah, mungkin kita hanya familiar dengan Hasan atau Husain. Padahal ada cucu Nabi dari keluarga lain yang juga menjadi kesayangan Rasulullah. Ia adalah Umamah binti Abil As bin Robi.

Mengenal Umamah Binti Abil As bin Robi

kisah Asma binti Abu Bakar

Umamah binti Abil As bin Robi ini adalah putri dari Zainab binti Rasulillah Shallallahu alaihi wa sallam. Ayahanda Umamah adalah salah satu menantu Rasulullah yang dibanggakan. Meskipun beliau masuk Islam belakangan dan sempat menjadi lawan Rasulullah dalam peperangan.

Rasulullah pernah bersabda: “Menantuku ini adalah seseorang yang kalau berbicara kepadaku, maka dia selalu jujur dan tidak pernah berdusta. Dia juga seseorang yang kalau berjanji kepadaku, selalu ditepati.” Meskipun saat itu belum masuk Islam.

Jadi saat itu Zainab dan Abil As menikah sebelum Rasulullah menerima wahyu. Empat syariat pernikahan di masa jahiliyah kala itu salah satunya digunakan hingga saat ini. Yakni dengan akad dengan menghadirkan mempelai laki-laki, saksi, wali, dan mahar.

Pernikahan mereka menjadi salah satu sumber hukum dalam Islam. Karena ketika mereka semua masuk Islam dan sudah menikah, Rasulullah tidak menikahkan mereka lagi. Artinya pernikahannya tetap diakui.

Abil As ini memiliki perangai yang mirip dengan Rasulullah, yakni selalu jujur. Sehingga beliau selalu dipercaya di tengah kafir Quraisy, dan Rasulullah merestui mereka. Pernikahannya sangat bahagia dan keduanya dikaruniai seorang putri bernama Umamah binti Abil As bin Robi, dan ketika itu perang Badar terjadi.

Saat itu Rasulullah berada di Madinah dan Abul As masih belum masuk Islam dan berada di Mekkah bersama dengan Zainab (yang sudah masuk Islam). Kala itu Abul As dipaksa ikut kafir Quraisy untuk perang Badar. Ketika perang Badar berakhir, Abul As menjadi salah satu yang menjadi tawanan perang.

Begitu mendengar suaminya ditawan oleh Muslimin, Zainab bergegas melepas kalung pemberian Ayahandanya, Rasulullah dan dibawa oleh Kinanah bin Rabi (saudara Abul As) untuk menjadi tebusan Abul As yang tertawan. Begitu kalung itu sampai di hadapan Rasulullah membuat beliau menangis karena melihat kondisi putrinya yang masih di Mekkah.

Lalu dibebaskanlah Abul As dan kembali ke Mekkah membawa serta kalung tersebut dan Abul As diam-diam telah menerima Islam. Tentu saja Abul As tidak bisa langsung bergabung ke Madinah, karena ia harus menyelesaikan urusan amanah dan perjanjian bisnis yang dibuatnya terdahulu di Mekkah. Inilah yang menunjukkan bagaimana amanahnya beliau.

Setelah Abul As menyelesaikan urusan-urusannya, ia segera meminta istrinya untuk hijrah ke Madinah. Sementara Abul As menunggu dan mengumumkan pada orang-orang di Mekkah untuk menyelesaikan urusannya jika ada yang belum selesai.

Sementara itu Zainab, istrinya, belum tahu bahwa suaminya telah masuk Islam, saking hati-hatinya Abul As.

Lalu di tengah jalan Sayyidah Zainab dihadang di tengah jalan oleh kaum Quraisy hingga terluka dan harus kembali ke Mekkah. Setelah Zainab sembuh, barulah ia hijrah ke Madinah ditemani oleh Kinanah atas perintah Abul As.

Setelah Abul As menyelesaikan urusan, menuntaskan akad dagang dan orang-orang yang menitip modal padanya tidak kembali dengan tangan hampa barulah ia ikut berhijrah ke Madinah menyusul istrinya dan juga Rasulullah.

Begitu mereka berkumpul lagi sebagai mukmin dan mukminah, Rasulullah tidak menikahkan mereka kembali.

Kedekatan Umamah dengan Kakeknya, Rasulullah

Adapun Umamah, menjadi cucu kesayangan Rasulullah seringkali diajak untuk duduk dalam majelis ilmu dan pernah digendong ketika Rasulullah salat. Ini menjadi hal yang mengubah tradisi jahiliyah bahwa Kakek dan cucu tidak pernah sedekat itu, apalagi cucu perempuan.

Juga menjadi syariat dan contoh untuk kaum Muslimin bahwa tidak mengapa menunaikan salat sambil menggendong anak kecil dan ketika ruku serta sujud, anak-anak diletakkan terlebih dahulu.

Termasuk juga ketika cucu-cucu beliau ikut ke masjid bersama Rasulullah, bahkan beliau bersedia melakukan sujud lebih lama karena tidak mau mengganggu keasyikan cucunya yang sedang naik ke punggungnya. Rasulullah ingin memberikan kesan yang baik pada anak-anak bahwa di masjid mereka akan mencintai salat, ikut bersama orang-orang salih untuk duduk dalam majelis ilmu.

Bahkan Aisyah sempat cemburu dengan Umamah. Kalaulah Umamah bukan seorang cucu, sesungguhnya Aisyah cemburu dengannya. Suatu ketika Rasulullah membawa kalung yang sangat cantik sampai-sampai para sahabat mengira bahwa kalung itu akan diberikan pada Ibunda Aisyah, istri kesayangan Nabi. Namun ternyata kalung tersebut diberikan pada Umamah dan Rasulullah bersabda :

“Wahai Umamah, pakailah dan berhiaslah dengan kalung ini.”

Bahkan dari Ibunda Aisyah beliau pernah menceritakan, seorang Najasyi Asamah dari Habasyah mengirimkan cincin emas dengan batu yang sangat indah pada Rasulullah dan diambillah batu yang indah tersebut dengan ranting. Lalu batu tersebut diberikan pada Umamah.

“Wahai Umamah, ini batu dari Raja Habasyah berhiaslah dengan ini.”

Umamah menjadi gadis kecil kesayangan Rasulullah dan juga menjadi gadis kecil kesayangan bibi-bibinya.

Umamah menjadi yatim piatu di tahun ke-12 hijriyah saat kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq. Umamah juga ditinggal bibinya, Fatimah dan menjadi gadis yang sebatang kara. Namun sebelum Sayyidah Fatimah wafat, beliau berwasiat pada suaminya, Ali bin Abi Thalib :

“Sesungguhnya tidak ada yang perempuan yang kupercaya untuk menggantikanku melayanimu selain Umamah, keponakanku.”

Umamah Menjadi Keponakan Kesayangan Fatimah Radhiallahu Anha

Sepanjang hidup Fatimah, Sayyidina Ali tidak pernah menikahi perempuan lain. Namun setelah Fatimah meninggal dan mewasiatkan itu, Ali bin Abi Thalib menyadari betapa miripnya peringainya dengan Fatimah. Maka Umamah pun mendampingi Ali bin Abi Thalib hingga beliau gugur syahid di tangan Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarij denga  pemahaman yang menyesatkan.

kisah perempuan peradaban

Meskipun ia hafal Quran namun Quran hanya sekadar melewati tenggorokannya, tak pernah ada di dadanya. Juga ia termasuk orang yang terkena takfiri yang parah, mengkafirkan sahabat Nabi dan termasuk terlibat dalam tahkimnya Ali bin Abi Thalib dan juga Muawiyah bin Abu Sofyan.

Setelah disakiti kepalanya dengan pedang milik Abdurrahman bin Muljam hingga darah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib menetes-netes hingga jenggotnya, beliau berada di pangkuan Umamah hingga maut tiba. Berada dalam pelukan Umamah, Ali bin Abi Thalib mengatakan pada Umamah :

“Nanti kalau aku meninggal, menikahlah dengan Al Mughiroh bin Naufal.”

Lalu setelah masa iddah Umamah habis, ia pun menikah dengan Al Mughiroh bin Naufal (yang menangkap Abdurrahman bin Mujam setelah membunuh Sayyidina Ali).

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Sayyidah Umamah dan Sayyidina Ali memiliki anak yang diberi nama Muhammad Al Awsath. Namun di riwayat lain menyebutkan tidak ada anak antara Umamah dan Ali, kalaupun ada, ia meninggal saat masih kecil.

Setelah pernikahan Sayyidah Umamah dan Al Mughiroh, ia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Yahya bin Al Mughiroh bin Naufal. Setelah melahirkan anaknya ini, Sayyidah Umamah sakit berat hingga akhirnya meninggal menyusul Sayyidina Ali.

Umamah di masa dewasa menghadapi kehidupan yang berat bersama orang-orang yang dicintainya, sehingga Rasulullah mencurahkan kasih sayang yang begitu besar saat ia masih kecil pada Umamah.

Bagaimana Umamah menghadapi ujian yang sangat berat ini memberikan inspirasi bagi kita semua agar tetap sabar dan tegar dalam menghadapi ujian hidup yang mendera.

Semoga bermanfaat! Baca juga episode lain tentang Perempuan Peradaban di sini yuk!

 

 

 

Leave a Comment

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)