Beberapa waktu lalu Isya mendapat kesempatan untuk ikutan tes denver di lab psikologi salah satu universitas tempat dimana adik saya menempuh Magister Psikologi Profesi. Bisa dikatakan beruntung karena sebenarnya tes denver ini ngga gratis lho. Kalau ke psikolog, kita mesti bayar hehehe.. jadi aji mumpung Isya bisa ikutan tes denver yang jadi salah satu materi praktik kakak-kakak Magister di sana.
Pengalaman Ikutan Tes Denver, Mulai dari Drama Gojek Sampai Drama “Panasnya” Isya
Karena dari rumah ke kampusnya adik butuh waktu kurang lebih 20 menit perjalanan (kalau menggunakan motor ya), dan 40 menit kalau pakai mobil, saya memilih untuk memesan ojek online alias ojol. Alasannya ya karena biar cepat, ngga kena macet gitu. Meskipun sudah diwanti-wanti dan disarankan oleh adik saya untuk pakai mobil saya kekeuh ngga mau. Malas banget kalau sampai kena macet mengingat jalur ke kampusnya itu ya daerah macet!
Alhasil saya pesan ojol dong. Eh ternyata ojol yang saya pesan masyaAllah deh baunya wkwkwk maksudnya bau dari jaket si Bapak-bapak ini begitu menyengat sampai-sampai si Isya yang duduk di tengah membuang muka. Padahal Isya dan saya sudah mengenakan masker, tapi masih tetap saja bau hiks. Ditambah rambut gondrong Bapak-bapak tadi itu yang bikin saya merinding.
Gimana kalau ada kutunya? Terus kutunya loncat ke rambut Isya? Duh..
Saya berusaha menahan sampai tiba di tujuan. Ketika kami turun dari motor dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada driver, eh si driver masih berdiri di situ sambil tengok kanan kiri. Saya menjauh dan menyeberang ke arah gedung, lalu baru memperhatikan beliau. Ternyata si bapak driver sedang mencari air untuk menyiram ngga tau apaan di bagian roda depan motornya.
Untung ada kolam di dekat situ, jadi beliau mudah saja mendapatkan air dan menyiram ban motor bagian depannya tadi. Pas disiram ada asap dong! Cesss.. asapnya ngebul kemana-mana. Duh, ini kampas remnya ya? Batin saya. Sambil baca shalawat dan hamdalah karena kami bisa sampai dengan selamat dengan kondisi motor yang seperti itu. Kasihan lihatnya.
Oke kembali ke tes denver ya, wkwkw..
Setelah dijemput oleh adik dan dibawa ke depan kelasnya, saya jadi klien pertama yang datang di situ. Lalu beberapa menit kemudian menyusul anak-anak lain yang usianya berupa-rupa (udah kayak balon). Ada yang seusia Isya, ada yang usianya sekitar 1 tahun, 6 tahun, dan lainnya.
Si Isya ini kan agak lama untuk bisa beradaptasi dengan “orang lain”, jadi saya jelaskan pada mereka yang bertugas untuk melakukan tes bahwa si Isya ini kemampuan adaptasi dengan lingkungannya butuh waktu yang lumayan lama. Istilahnya sih “panasnya lama”, jadi tidak bisa serta merta menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa mendapatkan “sinyal oke” dari Isya.
Apa Itu Tes Denver dan Apa Saja Tes yang Dijalani Isya?
Jadi tes denver itu berasal dari Denver Developmental Screening Test (DDST), yaitu metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak. Tes ini dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai masalah dini yang mengancam tumbuh kembang anak.
Meskipun saya berpikir Isya tidak ada masalah tumbuh kembang, tapi ngga ada salahnya kan untuk tahu sejauh mana tumbuh kembang anak kita?
Karena saya berpikir Isya ini “panasnya” bakal lama, ternyata ngga juga hehehe. Mungkin karena di situ ada adik saya dan saya sebagai Ibunya yaa. Namun untuk bisa akrab dan mau menerima “orang lain” di momen itu saya bersyukur Isya bisa kooperatif. Bisa diajak bekerjasama dengan baik.
Isya menjalani serangkaian tes berupa pertanyaan-pertanyaan yang tentu saja saya ngga bisa membocorkan di sini hehehe.. Pertanyaan-pertanyaan tersebut alhamdulillah bisa dijawab Isya dengan baik meskipun ada beberapa yang delayed dan ternyata hal tersebut berpengaruh pada hasil penilaiannya.
Selain tes berupa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh para calon psikolog yang super ramah dan humble ini, Isya juga menjalani serangkaian tes yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Berjalan, berlari, berjalan di atas garis, berdiri di atas satu kaki, dan lain-lain.
Tesnya ngga lama kok. Kalau anak kooperatif sih tidak sampai 30 menit yaa. Yang lama memang mengkondisikan anak agar ia bisa duduk dan mendengarkan instruksi, lalu menjawab pertanyaan. Untuk bisa konsisten berkonsentrasi itu kan susah yaa hahaha jadi bersyukur banget kemarin Isya bisa melewati itu semua.
Untuk diingat ya Bu Ibu, tes denver ini hanyalah salah satu dari metode screening (deteksi) terhadap kelainan tumbuh kembang anak. Selain hal penting tersebut ada satu lagi yang paling penting untuk diperhatikan bahwa tes ini diarahkan untuk membandingkan kemampuan seorang anak dengan anak yang lain yang seusianya. Bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik dan pemeriksaan fisik anak.
Tes denver juga bukan tes IQ yaa, tapi memang pure untuk memantau tumbuh kembang anak.
Bagaimana Hasilnya?
Alhamdulillah Isya tidak punya masalah pada fase pertumbuhan dan perkembangannya. Tes Denver yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan anak seperti: personal dan sosial, motorik halus, motorik kasar, dan juga bahasa ini bisa dilalui dengan baik dengan hasil yang normal. Untuk personal dan sosial, ada beberapa yang masih menjadi catatan untuk saya sebagai ibunya.
Lalu untuk kemampuan motorik kasar, motorik halus, dan juga bahasa Isya mendapatkan nilai di atas rata-rata alias high average, alhamdulillah.
Karena tahu perkembangan dan pertumbuhannya normal, kecuali untuk kemampuannya bersosialisasi (ini kayak bapaknya banget) maka selanjutnya PR saya adalah bagaimana caranya membenahi Isya yang selalu asyik dengan dirinya sendiri ini, dan cukup sulit untuk bisa beradaptasi dengan teman-temannya.
Yuk 2023 bisa ya Nak…
Recomended