Rangkaian Perempuan Peradaban masih berlanjut nih guys!
Kalau kita melihat sejarah perjuangan Rasulullah dan juga para sahabatnya dalam memperluas dakwahnya, sungguh sangat luas sekali, sampai ke Eropa lho! Bayangkan! Padahal dulu tidak ada transportasi secepat sekarang.
Nah di antara dakwah Rasulullah tersebut terdapat Shahabiyah atau sahabat dari kalangan Muslimah yang juga ikut berjuang dan berdedikasi dalam ekspansi dakwah Rasulullah. Salah satunya yang berjasa yaitu Ummu Haram Binti Milhan, yang juga disebut sebagai Mujahidah di Lautan.
Bagaimana kisah beliau? Simak sampai selesai ya!
Siapa Ummu Haram Binti Milhan?
Sebelum tahu apa saja kontribusi beliau dalam dakwah Islam di masa Rasulullah, kita perlu ketahui dulu siapa itu Ummu Haram binti Milhan. Beliau adalah saudari dari Ummu Sulaim binti Milhan. Mereka adalah kakak beradik.
Ummu Sulaim memang punya banyak nama seperti Rumayla, Rumaysha dan masih banyak lagi, namun beliau Ummu Haram belum ditemukan hingga saat ini nama aslinya. Sehingga yang diingat adalah “kun-yah”nya, yaitu Ummu Haram binti Milhan.
Ummu Haram juga punya saudara bernama Haram bin Milhan yang saat itu syahid dalam perang. Haram bin Milhan ditusuk pedang oleh musuh dari belakang. Saat beliau terkena tusukan pedang itu, ada kalimat terakhir yang diucapkan :
“Demi Rabbnya Kabah aku telah berhasil.” Yang menunjukkan betapa dedikasi dan keikhlasan beliau dalam memperjuangkan agama Allah tidak main-main.
Ummu Haram binti Milhan juga punya seorang suami yang masyhur dari kalangan Anshar yaitu Ubadah bin As-Samid radhiallahu anhu yang merupakan salah satu pemimpin suku Aus bersama Sa’ad bin Mu’ad.
Suami Ummu Haram binti Milhan, Seorang Pembela Islam dan Rasulullah
Suami Ummu Haram, yaitu Ubadah ini adalah seseorang yang sangat kuat dalam membela Islam dan Rasulullah.
Salah satu riwayat yang menceritakan beliau adalah saat terdengar kabar dari salah satu peperangan, bahwa Rasulullah hendak menghukum mati Abdullah bin Ubay bin Salul. Kemudian Ubadah bin As-Samid mendatangi Rasulullah menanyakan perihal hukuman tersebut;
“Ya Rasulullah benarkah Engkau akan menghukum mati Abdullah bin Ubay bin Salul dari suku Khazraj, pemimpin orang-orang munafik.”
Lalu Rasulullah menjawab :
“Demi Allah kalau aku membunuhnya, maka orang-orang Arab akan mengatakan bahwa Muhammad tengah membunuh saudaranya sendiri.”
Karena Abdullah bin Ubay ini memang selalu ikut dalam musyawarah-musyawarah bersama Rasulullah dan beliau selalu melibatkan Abdullah bin Ubay karena sebagai bentuk penghormatan Rasulullah padanya. Sehingga tidak mungkin dia dibunuh begitu saja.
Lalu Ubadah mengatakan;
“Benar wahai Rasulullah, sebenarnya dia ini sangat merepotkan. Mereka akan seperti anjing yang saat kecil Engkau beri makan lalu besarnya menggigit kita semua. Lalu dia juga pernah mengatakan ‘kalau kita ke Madinah, orang mulia ini akan mengeluarkan orang yang hina.’ Dimana orang hina yang dia maksud adalah Rasulullah.”
Jadi ucapannya sangat menyakitkan.
Ubadah melanjutkan ceritanya, dulu saat suku-suku di Madinah banyak yang berperang, Abdullah bin Ubay adalah salah satu yang mempersatukan kami dan menjadi juru damai di antara kami semua. Dulu dia dermawan, suka menolong orang-orang yang membutuhkan bantuannya, dan juga bijaksana. Hampir-hampir kami akan menobatkannya menjadi Raja.
Namun sebelum hari penobatan itu tiba, datanglah Rasulullah yang berhijrah ke Madinah.
“Lalu kami berpikir, untuk apa kami punya Raja sedangkan ada Nabi di tengah-tengah kami? Tampaknya itulah yang membuat hatinya terluka. Mungkin karena itulah ia dendam pada Engkau, sedangkan ia tak berani memusuhimu terang-terangan.” jelas Ubadah bin As-Samid.
Dari keterangan Ubadah bin Samid inilah Rasulullah dan banyak orang mengetahui kenapa Abdullah bin Ubay memusuhi Rasulullah.
Selain itu, Ubadah bin Samid juga pernah terlibat pertengkaran ketika terjadinya Haditsul Ifki atau berita perselingkuhan yang dihembuskan oleh orang-orang munafik pada Ibunda Aisyah.
Saat itu Rasulullah sedang berkhutbah di atas mimbar masjid Nabawi ketika kasus merebak. Kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku tidak mengetahui apapun dari keluargaku kecuali kebaikan. Kenapa di antara kalian ada yang tega menghembuskan kabar yang nista tentang dirinya? Dan sesungguhnya aku tidak mengetahui tentang sahabatku, Sofwan bin Al Muattal kecuali kebaikan. Kenapa kalian begitu tega menuduhnya dengan hal yang bukan-bukan?”
Lalu Ubadah bin Samid saat itu langsung berdiri;
“Ya Rasulullah sesungguhnya orang yang pertama kali menghembuskan berita itu layak untuk segera dibunuh. Maka saya, Ubadah bin Samid bersedia membunuhnya. Jika ia berasal dari suku Khazraj, maka persilahkan saudara-saudara kami di Khazraj untuk membunuhnya. Namun jika mereka tak mampu, maka izinkan saya dari suku Aus yang membunuhnya.”
Kalimat yang diucapkan oleh Ubadah ini kemudian membangkitkan semangat fanatisme suku Khazraj yang dalam hal ini diwakili oleh Sa’ad bin Ubadah atas ucapan Ubadah bin Samid. Lalu Sa’ad bin Ubadah berdiri :
“Kamu berbicara seperti itu karena kamu tahu pelakunya dari suku Khazraj. Andai pelakunya dari suku Aus, kamu tidak akan berani berbicara seperti itu!”
Lalu Ubadah pun bangkit kembali dan menjawab;
“Hei Sa’ad bin Ubadah kamu ini orang munafik dan melindungi orang munafik.”
Hampir-hampir Ubadah mengajaknya berperang, sampai saat itu di depan mimbar masjid Nabawi, suku Aus dan Khazraj duduk berkubu-kubuan sambil menghunus pedang. Sampai Rasulullah pun turun untuk mendamaikan mereka. Ini menunjukkan fitnah yang luar biasa pada Ibunda Aisyah radhiallahu anha.
Tampak dari kejadian tersebut bahwa Ubadah bin Samid sungguh sangat membela Rasulullah di hadapan orang-orang munafik yang tokohnya memang berasal dari suku Khazraj.
Keluarga ini adalah keluarga yang sangat mencintai Rasulullah dan keluarganya.
Kedekatan Rasulullah dengan Keluarga Ummu Haram binti Milhan, Mujahidah di Lautan
Banyak riwayat yang menceritakan tentang kedekatan keluarga Rasulullah dengan keluarga Ummu Haram dan Ummu Sulaim yang sebenarnya merupakan mahramnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga Rasulullah sangat bebas keluar masuk rumahnya Ummu Haram, beristirahat di rumahnya, makan dan minum di rumah Ummu Haram.
Bahkan ketika Rasulullah tertidur, Ummu Haram pernah menampung keringat Rasulullah, disatukan dalam satu wadah, lalu dicampurkan ke dalam minyak wangi untuk seluruh keluarganya.
Namun, darimanakah mahram antara Rasulullah dan Ummu Haram ini? Banyak ulama menyebutkan bahwa kemahraman beliau ini bisa berasal dari sepersusuan.
Ada juga yang mengatakan bahwa kemahraman ini berasal dari Salma binti Amr, yaitu Ibunda dari Abdul Muthallib bin Hashim, kakek Rasulullah. Nenek buyutnya Rasulullah yang merupakan orang Madinah, dan merupakan keluarga dekat dari Ummu Haram dan Ummu Sulaim.
Jika dirunut, Ummu Haram dan Ummu Sulaim merupakan bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Dikisahkan ketika Rasulullah tertidur di rumah Ummu Haram, lalu terbangun, Rasulullah tertawa. Lalu Ummu Haram yang menunggui Rasulullah tertidur bertanya;
“Ya Rasulullah kenapa Engkau bangun tidur tertawa sedemikian cerianya?”
“Wahai Ummu Haram, dalam mimpiku diperlihatkan kepadaku, sebagian umatku yang berperang di atas kapal-kapal, mereka berdiri dengan penuh keanggunan seperti Raja-Raja di atas singgasananya.” Sabda Rasulullah.
Lalu Ummu Haram spontan mengatakan:
“Wahai Rasulullah doakan aku adalah salah satu di antara mereka.”
Lalu doa itu pun terwujud. Bahwa Ummu Haram termasuk ke dalam mujahid-mujahid di atas lautan yang saat itu berada di bawah kekuasaan Sayyidina Usman bin Affan.
Saat itu yang membangun angkatan laut kaum Muslimin untuk pertama kalinya adalah Muawiyah bin Abu Sofyan yang tinggal di Negeri Syam, Damaskus yang menjadi pusat peradaban kekaisaran.
Sebenarnya Muawiyah sudah mempersiapkan pasukan angkatan laut sejak kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab, namun saat itu belum diizinkan. Karena menurut Sayyidina Umar, bangsa Arab masih asing dengan lautan yang terbiasa dengan padang pasir, langkah beliau adalah mengantisipasi kekalahan atau banyak timbul korban jika dipaksakan.
Sayyidina Umar memerintahkan agar Muawiyah mempelajarinya terlebih dahulu secara mendetail, rinci, dan lebih luas. Sehingga ilmu lebih mantap dan baru boleh berangkat ke lautan.
Lalu barulah saat pemerintahan Sayyidina Usman, beliau melihat persiapannya sudah cukup sehingga mengizinkan Muawiyah untuk berperang di lautan.
Berangkatlah pasukan Muslimin di atas kapal-kapal besar yang sudah disiapkan dengan sangat baik. Kemudian mereka berjihad fi sabilillah di lautan. Adapun Ummu Haram binti Milhan dan suaminya ikut bergabung bersama dengan angkatan laut Muslimin saat itu.
Mereka semua berjihad melawan kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium. Sampai akhirnya kaum Muslimin berhasil menaklukkan Pulau Cyprus.
Ketika Ummu Haram binti Milhan turun di daratan Cyprus (saat ini Yunani), beliau terjatuh dari baghalnya. Karena usia beliau yang sudah sangat uzur/usia lanjut, kemudian beliau terluka parah dan akhirnya syahid di daratan Cyprus.
Sampai saat ini makbaroh beliau berada di Pulau Cyprus. Hal ini juga membuktikan bahwa mimpi Rasulullah benar terjadi dan menjadikan Ummu Haram binti Milhan adalah salah satu Mujahidah di Lautan seperti keinginan beliau.
Semoga kisah ini bermanfaat dan bisa menjadikan kita bersemangat dalam berdakwah dan menyebarkan kebaikan. Aamiin.
Simak juga kisah Perempuan Peradaban lainnya di sini ya!