Perempuan Peradaban : Kisah Asiyah, Istri Shalihah di Sisi Tiran

Kajian Perempuan Peradaban bersama Ustadz Salim A Fillah episode dua kali ini membahas tentang kisah Asiyah, Istri Shalihah di sisi Tiran yang menjadi salah satu perempuan penghuni surga yang kisahnya diabadikan dalam Quran.

Asiyah binti Muzahim merupakan keturunan dari Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Yang menarik, Asiyah dikenal sebagai istrinya Fir’aun. Ada kisah yang pedih di balik pernikahan Asiyah dan Firaun ini.

Kisah Kepedihan Asiyah Yang Menjadi Pendamping Tiran

Ketika Firaun ditinggal mati istrinya, ia mencari-cari wanita mana yang layak menjadi Ratu untuk mendampinginya di Mesir. Lalu diceritakan ada perempuan yang cantik, cerdik, dan berbudi pekerti mulia yang bernama Asiyah.

Lalu Firaun mengutus Haman untuk melamar Asiyah. Namun lamaran tersebut ditolak oleh keluarga Asiyah. Karena bagaimana mungkin putri mereka akan menikah dengan Firaun sedangkan Asiyah merupakan perempuan beriman dan bukan berasal dari bangsa Mesir.

Apalagi Raja Firaun saat itu adalah raja bengis yang membunuhi anak-anak dari bangsa keluarga Asiyah.

Lalu disampaikanlah penolakan tersebut oleh Haman pada Firaun. Namun semakin ditolak Firaun semakin bersemangat untuk menjadikan Asiyah sebagai Ratunya.

Maka Firaun pun memenjarakan dan menyiksa keluarga Asiyah. Melihat hal tersebut, Asiyah meminta pertolongan pada Allah atas keputusannya untuk menerima Firaun menjadi suaminya.

Asiyah akhirnya menerima Firaun dengan syarat Firaun harus menjaga dan memuliakan keluarganya. Jangan sampai keluarganya menderita. Maka saat itu pula Firaun membangunkan istana untuk keluarga Asiyah. Atas pertolongan Allah pula Asiyah menjadi Ratunya Mesir dan menjadi pendamping yang sangat dicintai Firaun.

Asiyah selalu berdoa kepada Allah agar selalu dijaga kesuciannya. Sampai pada satu riwayat dikatakan bahwa meskipun Asiyah ini menjadi istri Raja yang zalim, kejam dan mengaku dirinya sebagai Tuhan, namun Asiyah adalah perempuan yang suci. Seakan tak tersentuh oleh Firaun.

Meskipun mereka satu kamar, siapa sangka dengan pertolongan dan kehendak Allah, saat Firaun ingin bersetubuh dengan Asiyah, Allah segera menggantikan Asiyah dengan iblis betina yang diserupakan dengan Asiyah. Maka setiap kali itu terjadi, Asiyah selalu terjaga dan tetap menjadi wanita yang mulia dan suci.

Firaun tahunya setiap malam menggauli Asiyah, namun sebenarnya bukan. Itulah bentuk pertolongan Allah saat itu.

Asiyah mendampingi Firaun dan selalu berusahat sekuat tenaga untuk bisa melindungi orang-orang yang lemah dengan cara membisikkan nasihat-nasihatnya pada Firaun. Juga berusahat sekuat tenaga untuk melindungi kaumnya.

Mimpi Firaun yang Mempertemukan Asiyah dengan Nabi Musa 

Kisah Asiyah Perempuan peradaban

Suatu hari Firaun bermimpi ada bayi laki-laki yang menenggelamkan kerajaannya. Sehingga pada saat itu Firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki yang lahir pada tahun itu untuk dibunuh. Saking takutnya Firaun pada saat itu.

Ahli nujum dan juga menteri yang mendampingi pemerintahan Firaun pada saat itu juga meramalkan akan ada pemberontakan yang besar. Sehingga solusinya agar Firaun tetap memegang kekuasaannya adalah dengan memnbunuh semua bayi yang lahir di tahun itu, terlebih bayi laki-laki.

Sebagai informasi, mimpi pada zaman tersebut masih dijadikan sebagai rujukan karena ilmu pengetahuan belum maju. Selain itu mimpi bisa berarti sebuah kebenaran, bunga tidur (sesuatu yang muncul karena imajinasi dan keinginan yang terpendam) dan juga bisikan dari setan. Jelas yang dialami Firaun adalah bisikan setan.

Karena sebelum Taurat diturunkan, para Ulama mengatakan bahwa setan masih bisa mencuri dengar kabar dari langit dan membisikkannya pada manusia-manusia yang tidak beriman pada Allah. Oleh karena itu dalam AlQuran pernah diceritakan bahwa setan-setan tengah mencuri kabar dari langit dan malaikat-malaikat melemparinya dengan panah.

Barulah pada saat AlQuran turun pada Rasulullah Muhammad, tabir tersebut ditutup oleh Allah sehingga setan tidak bisa lagi mencuri berita dari langit. Maka jika sekarang ada yang mengatakan bisa tahu kabar dari langit sudah pasti 100% adalah dusta.

Nabi Musa, Pembawa Kehancuran Bagi Firaun

Sebegitu rapinya skenario Allah saat itu ada seorang perempuan yang disebut sebagai Ummi Musa, ia akan melahirkan dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran. Namun Allah memberinya wahyu agar ia tak perlu takut dan Allah akan menjaga bayi tersebut dengan cara memasukkan bayi tersebut ke dalam sebuah peti untuk dihanyutkan di sungai Nil yang seluas lautan tersebut.

Perempuan tersebut pasrah sepenuhnya pada Allah, berbekal ketaatan dan keyakinannya yang besar pada Allah yang Maha Esa, ia pun menghanyutkan bayinya di sungai Nil.

Saat itu Ibu Nabi Musa melalui wahyu Allah mengutus saudari Nabi Musa untuk mengikuti arah kemana si bayi ini terhanyut. Hingga akhirnya ia menemukan bahwa peti yang membawa Nabi Musa ini mendarat di taman belakang istana Firaun dan ditemukan oleh Asiyah, istri Firaun yang beriman.

Kemudian kakak perempuan Nabi Musa mengabarkan pada ibunya bahwa Nabi Musa sudah terdampar di istana Firaun. Pikiran Ibu Nabi Musa makin tak keruan, ibaratnya bayi tersebut sudah berada di mulut harimau.

Namun masyaAllah, Allah melindunginya melalui Ibunda Asiyah.

Ketika Firaun melihat bayi tersebut, ia menyadari bahwa bayi tersebut adalah bayi yang berasal dari Bani Israil dan hendak membunuhnya. Asiyah yang saat itu masih suci mengatakan : anak ini akan menjadi penyejuk mata bagimu dan bagiku, izinkan aku menjaganya. Mudah-mudahan bayi ini akan bermanfaat bagi kita, bagaimana jika kita angkat saja bayi ini menjadi anak kita?

Asiyah merajuk pada Firaun, di sinilah kekuatan perempuan. Saat tidak ada satu laki-laki pun yang bisa melindungi bayi Nabi Musa dari Firaun, justru Asiyah, seorang perempuan mampu melindungi Nabi Musa.

Dari sinilah amanah besar dari Allah dititipkan pada Asiyah agar beliau bisa mendidik Nabi Musa.

Kisah Asiyah dan Nabi Musa

Bayi Musa ini juga tidak mau disusui oleh siapapun perempuan yang ada dalam istana. Allah dalam QS. Al-Qashas juga berfirman bahwa Allah mengharamkan semua perempuan di istana tersebut untuk menyusui Nabi Musa. Inilah jalan dari Allah untuk mempertemukan Ibunda Nabi Musa dengan Nabi Musa ‘alaihissalam yang dibawa ke istana Firaun dengan status ibu susunya Musa.

Tidak ada yang tahu bahwa perempuan tersebut adalah ibu kandung Nabi Musa. Allah berfirman :

Maka Kami kembalikan Musa pada Ibunya, agar ia tak lagi bersedih. Agar ia tetap bisa bertemu dengan Nabi Musa setiap hari, menyayanginya, dan mengasihinya setiap hari.

Maka Nabi Musa tumbuh berada di bawah didikan dan perlindungan dari Asiyah dan Ibu kandungnya sendiri.

Firaun juga kadang-kadang curiga dengan bayi tersebut. Suatu ketika Nabi Musa berada di pangkuan Firaun dan sang bayi yang mulia menarik jenggot Firaun dengan keras hingga Firaun marah dan mengatakan bahwa bayi tersebut akan membunuhnya.

Lalu Asiyah dengan cekatan mengambil sang bayi dari pangkuan Firaun dan mengatakan bahwa tidak mungkin bayi semungil dan sekecil ini bisa melukai Firaun.

Namun Firaun tetap tak percaya bahwa bayi tersebut tidak tahu apa-apa. Maka untuk membuktikan apakah benar bayi tersebut adalah bayi biasa, Firaun menyiapkan sepiring emas berlian dan juga sepiring batu bara api di hadapan Nabi Musa. Asiyah sangat khawatir dengan hal itu.

Lagi-lagi Allah melindungi Nabi Musa dengan mengarahkan Nabi Musa untuk mendekati bara api itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Firaun beranggapan bahwa bayi ini bodoh, buktinya ia lebih memilih bara api ketimbang emas dan berlian.

Dalam aksi tersebut, lidah sang bayi sempat terluka. Oleh karena itulah bicaranya tidak jelas. Inilah bentuk penjagaan Allah terhadap Nabi Musa. Kisah ini nantinya akan berhubungan dengan kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa ketika berada di atas kapal, di mana ada hikmah di balik takdir Allah yang mungkin menyakitkan.

Hikmahnya di sini adalah sesuatu yang sempurna itu justru berbahaya, dan ketidaksempurnaan Nabi Musa justru menjaga dan melindungi beliau.

Jadi jangan berharap memiliki sesuatu yang sempurna. Karena sesuatu yang sempurna itu justru akan membuat kita akan kehilangan segalanya.

Inilah perjuangan luar biasa Asiyah yang menjaga Nabi Musa. Tentu saja tidak hanya Nabi Musa, namun Asiyah juga selalu melindungi orang-orang lemah di sekitarnya.

Perlindungan Asiyah pada Orang-orang Yang Lemah

kisah Asiyah

Yakni Masyitah, adalah salah satu yang dijaga oleh Asiyah. Masyitah adalah pelaya putri Firaun dari Ratu yang sebelumnya, yang menjadi salah satu perempuan hebat yang teguh dengan keimanannya.

Saat itu Masyitah menyisir rambut putri Firaun dan kebetulan sisir tersebut jatuh dan Masyitah kelepasan menyebut asma Allah. Putri Firaun pun melapor pada Ayahnya dan Firaun begitu marah hingga memerintahkan untuk menghukum Masyitah dan keluarganya.

Firaun memerintahkan pasukannya untuk memasukkan Masyitah dan keluarganya ke dalam kuali yang berisi minyak mendidih.

Keluarga Masyitah satu demi satu dipaksa untuk mengikrarkan Firaun adalah Tuhan mereka. Bahkan ketika bayi Masyitah dimasukkan ke dalam kuali yang berisi minyak mendidih, ia hanya meneteskan air mata dan mengatakan : Wahai anakku bersabarlah, kelak kita akan berjumpa di sisi Allah.

Saat pembantaian ini terjadi, Asiyah bersimpuh di hadapan Firaun dan memohon agar Masyitah dibebaskan dari siksa yang dilancarkan oleh Firaun.

Peristiwa ini semakin membuat Firaun curiga bahwa Asiyah adalah pengikut Nabi Musa yang saat itu telah memulai dakwahnya.

Sehingga akhirnya karena keimanan Aisyah ini sudah diketahui, maka Asiyah pun disiksa oleh Firaun agar ia mengakui bahwa Firaun adalah Tuhannya.

Namun Asiyah terus berdoa :

Rabbibni li indaka baitan fil jannah. Ya Allah bangunkan untukku di sisiMu sebuah rumah di dalam surga.

Doa ini diabadikan dalam Quran dan tepat pada saat itu ditampakkan dalam penglihatannya bagaimana rumah yang Allah siapkan di surga.

Doa Asiyah ini doa yang sangat menarik. Ya Allah bangunkan untukku, di sisiMu sebuah rumah di surga. 

Doa ini menunjukkan sebuah kemuliaan, kecerdasan dari seorang Asiyah yang dia minta di sisi Allah terlebih dahulu baru rumah di dalam surga.

Doa ini juga menjadi kaidah bagi orang Arab untuk memilih tetangga terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah.

Asiyah gugur dalam keimanannya sejati, gugur dengan keinginannya untuk bisa bertetangga dengan Allah dan dimasukkan oleh Allah di surga.

Ujiannya begitu luar biasa, ujian yang kita hadapi saat ini tidak ada apa-apanya 🙂

Sudah baca Perempuan Peradaban episode pertama tentang Ibunda Siti Hajar? Baca di sini yuk!

 

 

 

 

 

 

Leave a Comment

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)