Mengajarkan Motivasi pada Anak, Bagaimana Caranya Ya?

Mengajarkan motivasi pada anak menurut saya menjadi bab tersendiri yang harus dipelajari. Beberapa kali saya mendengar Isya berkata setiap akan memulai harinya:

Buk kenapa Isya kok sekolah? Isya capek..

Begitu katanya. Waduh kalau sudah seperti itu saya berusaha memutar otak untuk mendapatkan jawabannya. Kayaknya nih anak kurang motivasi aja nih.. 

Kadang saya menjawabnya: Isya harus sekolah karena harus belajar. Isya nanti punya banyak teman di sana. Isya nanti bisa jadi dokter kalau sekolah (karena seringkali kalau ditanya dia mau jadi apa, jawabannya selalu ingin jadi dokter hewan, mengobati kucing-kucing sakit yang sering dilihatnya).

Namun ternyata jawaban-jawaban itu nampaknya sering dilupakannya juga. Oleh karena itu saya merasa perlu mempelajari bagaimana caranya mengajarkan motivasi pada anak sehingga ia selalu punya kesadaran untuk melakukan kewajibannya, selalu melakukan hal baik karena tahu motivasi dalam dirinya.

Membaca Seni Berkomunikasi Menanggapi Pertanyaan Anak karya Ibu Samanta Elsener M.PSi, Psikolog saya jadi sadar, wah ini harus dilakukan, dan sayang jika saya tak membaginya di sini dalam bentuk tulisan.

Hal yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Mengajarkan Motivasi pada Anak

Berikut yang bisa kita lakukan sebagai orang tua ketika ingin mengajarkan motivasi pada anak:

1. Ikuti Langkah Anak

Secara alamiah anak memang akan tertarik pada benda atau mainan baru, tapi yang tidak terlalu baru bagi anak. Ini disebut juga sebagai Goldilocks Effect. Saat berinteraksi dengan anak, perhatikan apa yang sedang diminati olehnya.

2. Latih Rasa Penasaran Anak

Saat anak sedang bermain, terkadang ada saja ulahnya yang sering membuat kita sebagai orang tua jadi bosan dan kewalahan. Misalnya anak selalu menjatuhkan boneka atau mainan yang lain. Anak melakukan hal ini karena rasa penasaran, apa yang akan terjadi ketika bendanya dilempar?

Maka yang perlu kita lakukan adalah memberinya kesempatan untuk menjadi leader saat memainkan mainan baru yang dimilikinya.

3. Dorong Anak Berani Mengeksplorasi dengan Cara yang Menyenangkan

Ketika diberi kesempatan, umumnya anak menjadi lebih spontan dalam bermain. Ajak anak bermain dengan rutin dan berikan beberapa alternatif cara bermain yang menyenangkan. Lalu kita hanya perlu fokus pada interaksinya yaa Bun..

4. Prioritaskan Interaksi Sosial Saat Belajar

Saat berinteraksi dengan anak pastikan kita sering menjalin kontak mata dan memberikan anak sentuhan hangat. Karena hal ini akan menghangatkan situasi tegang yang dialami anak.

Selain itu anak akan merasa aman dan nyaman sehingga ia dapat mengasosiasikan kegiatan belajar dengan hal yang nyaman bagi dirinya alias tidak menakutkan.

5. Tantang Anak Sesuai dengan Kemampuannya

Anak akan kehilangan motivasi jika tugasnya terlalu mudah atau terlalu sulit bagi dirinya. Untuk mengetahui anak mengerjakan tantangan yang sesuai dengan kapasitas kemampuannya adalah dengan mengamati perkembangan proses belajar dan usaha yang sudah dilakukan oleh anak.

Jangankan anak-anak ya, kita saja akan merasa “melempem” ketika tidak ada tantangan. Kalau ada tantangan, biasanya akan termotivasi untuk menyelesaikan tantangan itu sendiri.

6. Membuat Proyek Bersama yang Berkesan Bagi Anak

Ketika orang tua terlibat proyek bersama anak, maka anak akan memaknai kegiatan ini sebagai bonding bersama yang menjaga kelekatan di level aman. Anak akan merasa diterima, dibutuhkan, dan bermanfaat untuk orang tua dan keluarga sekalipun usianya masih muda.

Contoh proyek yang dapat dikerjakan bersama misalnya mengecat tembok kamar anak, menata kamarnya sendiri sesuai dengan design yang dia inginkan, dan lain-lain.

7. Memberinya Reward Hanya Jika Dibutuhkan

Sebisa mungkin minimalkan pemberian hadiah sebagai iming-iming agar anak berprestasi. Hal ini bermanfaat untuk menjaga level motivasi intrinsik yang terus berkembang dalam diri anak hingga dewasa.

Jadi jangan terlalu sering memberinya reward untuk menjaga level itu yaa!

8. Fokus pada Usaha Anak, Bukan Hasil yang Diraih

Fokus memberikan pujian pada usaha anak, bukan prestasinya akan menambah motivasi pada dirinya kelak.

Kalimat: Wah kamu tekun lho! Belajarnya rajin, setiap hari selalu baca buku,” akan terdengar lebih baik daripada Wah nilaimu bagus, sempurna! Hebat anak mama.”

9. Pastikan Kita Menjaga Relasi Bonding dengan Anak

Semakin besar usia anak, kebutuhan menjalin relasi anak juga akan semakin bergeser. Saat usia sekolah anak masih membutuhkan bonding dengan orang tua. Tapi saat anak remaja, ia memilih kebutuhan untuk bersama kelompok pertemanannya.

Penting untuk menjaga relasi bonding yang sehat dengan anak sejak dini agar ia dapat belajar berempati dan menjadi supportive, sebagai bekal untuk masa remajanya.

10. Jawab Pertanyaan Anak dengan Pertanyaan Baru

Hal ini bertujuan untuk membuat anak berpikir ulang, tidak langsung menerima begitu saja jawaban yang diberikan oleh orang tua.

Dengan menjawab pertanyaan baru, kemampuan berpikir logis anak akan semakin terlatih, dan anak termotivasi untuk ikut berpikir dan mencari jawaban. anak menjadi pembelajar yang aktif juga nantinya.

Semoga artikel tentang Mengajarkan Motivasi pada Anak ini bermanfaat ya Bun. Semoga anak-anak kita selalu memiliki motivasi untuk melakukan hal baik untuk masa depannya.

Leave a Comment

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)