Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh dengan kabar duka tak terduga. Ada banyak orang yang kehilangan, ada banyak kerabat dan rekan sejawat yang jatuh sakit lalu tak lama harus pergi selama-lamanya. Seolah memberi tanda bahwa saya pun juga bukan pengecualian dari takdir yang bernama kematian.
Beberapa waktu lalu Ibu seorang sahabat saya pergi tiba-tiba. Tanpa tanda. Sakit pun juga tidak. Bahkan saya berkali-kali bertanya, “benarkah ini?”
Lalu kabar duka juga datang dari seorang kawan di satu organisasi yang hidup sendirian, hanya ditemani kucing-kucing di dalam rumahnya yang megah. Baru saja bertemu di salah satu undangan dari Pemerintah Kota, lalu keesokannya sudah dilarikan ke rumah sakit oleh rekan kerjanya. Ia pun tak tinggal lama di Rumah Sakit, hanya beberapa jam saja hingga kemudian berpulang.
Tak berhenti di situ, berita duka datang silih berganti. Bahkan ketika saya pergi ke dokter spesialis THT, sang dokter pun sudah berpulang dan yang tersisa hanya kenangan bersama beliau tahun lalu saat menangani saya yang ternyata terkena vertigo. Saya pun belum sempat mengucapkan terimakasih atas perantara kesembuhan yang datang dari Allah melalui dokter tersebut.
Begitu juga dengan meninggal mendadaknya Marissa Haque beberapa waktu lalu. Padahal masih belum 24 jam beliau update status melalui Instagram, siapa sangka ternyata itu adalah hal terakhir yang dibagikan untuk kita?
Setiap Jiwa Akan Mengalami Kematian
Dalam Al-Quran telah disebutkan bahwa :
“Kullu nafsin dzaa-iqatul maut…”
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”
(QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah kepastian bagi setiap makhluk hidup. Ayat tersebut dilanjutkan dengan pesan bahwa kehidupan dunia hanyalah ujian, dan balasan yang sesungguhnya ada di akhirat, baik berupa surga maupun neraka, berdasarkan amal perbuatan kita.
Kematian dalam Islam dipandang sebagai bagian dari takdir Allah yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju kehidupan berikutnya, yaitu alam barzakh, kemudian hari kebangkitan, dan kehidupan abadi di akhirat. Berikut adalah pandangan Islam tentang kematian:
Kematian adalah Ketetapan Allah
Allah SWT telah menetapkan waktu dan cara kematian setiap makhluk. Tidak ada yang bisa mempercepat atau menunda datangnya kematian. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Apabila telah datang waktunya, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
(QS. Al-A’raf: 34)
Kematian Sebagai Peralihan Kehidupan
Ustadz saya selalu mengatakan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih kekal. Jadi kalau saat ini kita dipisahkan dengan orang tersayang melalui kematian, maka sesungguhnya kita juga semakin dekat dengan gerbang menuju alam lain yang lebih abadi dan kekal.
Karena dalam Islam, kematian adalah transisi dari kehidupan dunia menuju alam barzakh, tempat ruh tinggal hingga hari kiamat. Setelah itu, manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di dunia.
Saya selalu mengingat yang dikatakan oleh ustadz saya bahwa kematian sesungguhnya adalah tempat istirahat dari hiruk pikuk dunia. Istirahat dari kepayahan, kesedihan, dan juga kesakitan selama di dunia. Jika amalan-amalan baik kita diterima di sisi Allah, maka kematian adalah waktu istirahatnya 🙂 dan sebaik-baik bekal untuk menemani kita di alam kubur adalah amalan shalih.
Pengingat Akan Kehidupan Akhirat
Kematian adalah peringatan bagi manusia bahwa kehidupan dunia ini sementara, sedangkan kehidupan akhirat kekal abadi. Firman Allah:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Ali Imran: 185)
Bekal Menghadapi Kematian
Ada banyak orang yang paham bahwa konsep kematian dalam Islam adalah tempat peristirahatan awal, namun tidak banyak yang sadar agar bekal menghadapi kematian tersebut cukup saat bertemu dengan Allah. Meskipun kita pun juga pasti merasa tidak akan pernuh cukup, tapi tidak ada salahnya untuk terus mengingat bekal menghadapi kematian.
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, setelah meninggal, manusia tidak lagi bisa beramal kecuali melalui tiga hal:
- Sedekah jariyah
- Ilmu yang bermanfaat
- Doa anak yang salih/salihah
Oleh karena itu Islam menganjurkan setiap Muslim untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan memperbanyak amal kebaikan, bertaubat dari dosa, dan menjalani kehidupan sesuai syariat Allah.
Husnul Khatimah sebagai Harapan
Setiap Muslim berharap meninggal dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik). Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari)
Doa untuk Menghadapi Kematian
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk berdoa agar dimudahkan dalam menghadapi kematian:
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada akhirnya, dan sebaik-baik amalanku sebagai penutup hidupku, serta sebaik-baik hari-hariku adalah hari ketika aku bertemu dengan-Mu.”
Kematian mengajarkan kita tentang kesadaran akan pentingnya hidup yang penuh manfaat, taat kepada Allah, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat.
Semoga teman-teman semua bisa menghadapi kematian dengan bekal yang “cukup”, jika saat ini belum, yuk bersama-sama kita saling mengingatkan dalam kebaikan agar selalu memperbanyak amalan sebagai bekal untuk menghadapi kematian kelak.
Semoga artikel ini bermanfaat ya!