Masih dalam seri perempuan peradaban, kali ini kita akan membahas tentang salah satu mujahidah dari bumi nusantara yang insya Allah akan menginspirasi dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan ruh-ruh jihad penuh semangat juga harapan agar kita juga ikut berjuang untuk agama Allah dengan cara masing-masing.
Ratu Kalinyamat merupakan putri seorang Sultan Demak, Sultan Trenggono alias Sultan Mu’min yang bertahta di Demak pada tahun 1521-1549 H. Putri mereka saat kecil bernama Ratna Kencana dan dinikahi oleh seorang Pangeran Kalinyamat. Asal-usul suaminya memang ada beberapa perbedaan pendapat.
Salah satunya mengatakan seorang etnis Tionghoa yang bernama Tjie Bin Thang dan Ayahnya bernama Tjie Hwio Ghan datang dari Tionghoa dan menjadi saudagar di pelabuhan Jepara. Mereka kemudian mendirikan desa di dekat pelabuhan yang diberi nama Desa Kalinyamat. Mereka berdua juga adalah penganut Muslim yang taat. Oleh karena itulah putri Sultan Demak menerima pinangan sang Pangeran.
Versi kedua mengatakan Pangeran Hadiri memiliki nama asli Pangeran Toyib dari Kesultanan Aceh. Jadi beliau adalah putra dari Sultan Alaudin Riayat Syah dari Aceh yang kemudian hijrah. Hijrahnya ini ke Tiongkok dan memiliki Ayah Angkat bernama Tjie Hwio Ghan lalu kemudian anaknya diberi nama Tjie Bin Thang. Mereka berdua pergi ke Jepara dan mendirikan usaha di sana.
Pada intinya Pangeran Kalinyamat yang menjadi suami dari Ratna Kencana ini diberi otonomi luas atas pelabuhan Jepara. Maka di bawah kekuasaan kesultanan Demak menjadi kerajaan yang sangat maju dan ramai.
Saat itu juga Uwak dari Ratna Kencana juga menjadikan Demak sebagai pangkalan armada laut hingga bisa menggempur Almaka yang dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor. Yang diberitakan sebagai pangeran yang tangguh dan juga biasa disebut Pati Unus. Saking canggihnya kapal yang dimiliki oleh Pati Unus tersebut diberitakan oleh musuh (Portugis) dan diberitakan tidak bisa ditembus oleh peluru karena dilapisi oleh besi.
Malaka saat itu menjadi pusat perdagangan paling ramai dan saat itu juga dikuasai oleh Portugis. Lalu kemudian dibebaskan oleh Kesultanan Demak.
Hebatnya Pati Unus saat menyerang Malaka tersebut juga didukung oleh pasukan dari daerah lain. Dari Jawa, Jambi, Cirebon, Banten, Aceh dan sekitarnya karena diplomasi beliau yang sangat baik.
Semangat jihad ini diwariskan pada Pangeran Hadiri dan Ratu Kalinyamat yang memerintah Jepara saat itu untuk menggantikan Pati Unus. Pangeran dan Ratu ini diberi otonomi luas untuk memerintah Jepara yang akhirnya menjadi pelabuhan terpenting di Nusantara Barat. Adanya area Jepara ini menghidupkan pelabuhan-pelabuhan lain di pantai barat dan timur Sumatra yang menjadi jalur-jalur perdagangan rempah. Hingga akhirnya menjadi jalur maritim yang membentuk kekuatan di Nusantara.
Saat itu, Pangeran mengangkat Ayah angkatnya, Tjie Hwio Ghan yang ahli dalam bidang ukir batu untuk menjadi Perdana Menteri Jepara.