Tak pernah terpikir sebelumnya di tahun itu saya benar-benar berbalik 180 derajat dalam hal mempelajari ilmu yang saya sukai. Mulanya kesana kemari tak tentu arah, membenci pelajaran agama yang saya dapatkan sejak TK, bahkan sempat membenci Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang menjadi jembatan bagi kita umat Islam memahami agama kita lebih dalam.
Siapa sangka dua tahun sebelum Allah mempertemukan saya dengan suami, hasrat untuk mempelajari Bahasa Arab menggebu-gebu kala itu. Akhirnya saya mengikuti perkuliahan Bahasa Arab setara D2 di Universitas Muhammadiyah Malang yang bekerja sama dengan Asean Moslem Charity Foundation yang berbasis di Arab Saudi.
Ngga ada yang percaya, tapi itulah adanya hehehe.. mari saya ceritakan di sini bagaimana saya mengisi blank spot sampai saat ini.
Apa Itu Blank Spot?
Dalam konteksnya di ranah seni dan kreativitas, blank spot adalah area kosong yang belum dijelajahi dalam ide atau konsep, hal ini juga mengindikasikan potensi yang belum tergali.
Mengisi Blank Spot dengan Memperdalam Bahasa Arab
Mengapa Bahasa Arab?
Akhir-akhir ini nampak tanda-tanda akhir zaman semakin jelas. Kita bisa menyaksikan bagaimana umat Islam saat ini mengalami kemunduran yang sangat. Seakan tidak berdaya di hadapan para musuhnya. Sekeras apapun kita berteriak seolah tak ada yang mendengar.
Contoh nyata yang terjadi adalah membuat saudara-saudara kita sesama muslim dikucilkan, ditindas, diperangi, dihinakan, bahkan disiksa oleh mereka yang benci pada kota. Seolah darah dan jiwa seorang Muslim seperti tak ada harganya. Sedih banget ngga sih?
Kenapa bisa seperti itu? Bukankah jumlah kaum muslimin saat ini banyak?
Jika kita perhatikan hadits-hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata keadaan ini telah disebutkan oleh beliau sebelumnya. Dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari Tsauban, dia berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kalian banyak, tetapi kalian buih, seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kalian”
Jauh sebelum kondisi Muslim yang seperti ini saya merasa bahwa Bahasa Arab semakin ditinggalkan. Padahal Bahasa Arab adalah alat kita sebagai umat Muslim untuk memahami bahasa Al-Quran. Bahasa yang digunakan oleh Allah dan RasulNya.
Karena semakin ditinggalkan akhirnya semakin banyak yang tidak memahami ajaran agamanya sendiri. Semakin ditinggalkan dan semakin dianggap ilmu yang cukup dicari melalui googling, melalui kajian-kajian, padahal kita perlu menguasainya sebagai alat untuk memahami akar permasalahan mengapa Muslim yang jumlahnya banyak ini dikatakan Rasulullah seperti buih di lautan.
Benarkah Indonesia Krisis Ulama?
Siapa ya yang nanti menggantikan Ayahanda Mbak? Sekarang kita seperti kehilangan sosok beliau begitu pensiun. Belum sempat ada kaderisasi sampai akhirnya kita merasakan bahwa semakin sedikit ulama di kota ini.
Salah satu rekan sejawat di kantor saya dulu berkata demikian. Meskipun pada akhirnya saya harus resign tahun lalu.
Kebetulan Ayah saya dikenal sebagai sosok sesepuh yang memahami agama, memperdalam agama di kuliah formal hingga non formal. Sehingga beliau dipanggil ustadz, Kyai, dan yang semisalnya. Banyak orang mengatakan bahwa belum ada pengganti Ayah di kantor dan di beberapa lembaga yang sempat beliau pimpin.
Hal semacam ini tidak hanya terjadi di sekitar saya. Banyak lagi permasalahan yang sama di berbagai daerah. Ya, tak bisa dipungkiri, Indonesia mengalami krisis ulama.
Krisis ini dipicu oleh beberapa faktor seperti : banyak ulama yang beralih profesi, rendahnya minat calon ulama, langkanya “bibit” calon ulama, dan ujungnya adalah karena rendahnya penguasaan Bahasa Arab.
Coba deh teman-teman lihat di berbagai universitas, seberapa banyak peminat keilmuan Kedokteran, Teknik, hingga Ekonomi jika dibandingkan keilmuan agama dan Bahasa Arab? Tentu teman-teman akan mendapati perbandingan yang jauh seperti bumi dan langit. Serendah itu minat generasi penerus kita terhadap agama dan Bahasa Arab.
Bahasa Arab dan ilmu keagamaan kebanyakan dijadikan sebagai “pilihan terakhir” daripada ngga kuliah apa-apa.
Saya sendiri merasakan itu dulu setelah lulus SMA. Namun seiring berjalannya waktu dan semoga ini merupakan hidayah dari Allah, Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang sangat ingin saya kuasai.
Meskipun saya perempuan dan masih jauh dari kata “ulama”, salah satu yang bisa saya lakukan untuk agama ini dan juga calon penerus kita nanti adalah dengan mengisi blank spot umat Muslim saat ini. Yaitu penguasaan di bidang Bahasa Arab.
Mempelajari Bahasa Arab, Berharap Surga
Ungkapan “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” adalah hal yang saya pegang hingga saat ini. Berapapun usia kita, sebaiknya memang tidak boleh berhenti untuk belajar apapun itu.
Selain belajar soal blogging, saya sungguh ingin mempelajari Bahasa Arab, bisa membaca AlQuran dan mengartikannya, memahami Hadist, memahami sejarah melalui kitab-kitab ulama salah yang bersanad langsung pada Rasulullah, dan mengajarkannya pada anak-anak, saudara dan juga sahabat-sahabat.
Oleh karena itu pasca lulus dari Kuliah Studi Islam dan Bahasa Arab di Mahad Abdurrahman bin Auf Universitas Muhammadiyah Malang (tepat setahun setelah saya lulus Sarjana Biologi), saya masih mencari-cari majelis ilmu untuk mengasah kemampuan saya.
Mulai dari kelas menghafal, kelas menghafal berikut dengan artinya, hingga mengikuti mulazamah rutin selama 12 tahun terakhir dari guru yang sanadnya jelas hingga Rasulullaah. Harapannya, jika anak saya pun tidak berminat untuk mempelajari Bahasa Arab lebih dalam, setidaknya ia tahu dan familiar dengan AlQuran dan Bahasa Arab yang tengah dipelajari oleh Ibunya.
Serta tentu saja berharap ada setetes keberkahan yang mengalir dari ilmu yang kita pelajari. aamiin.
Bagaimana dengan teman-teman? Blank Spot apa nih yang teman-teman temukan? Atau mungkin sudah dalam proses untuk dikembangkan? Apapun itu, semoga ilmu kita diberi keberkahan yaa, aamiin.