Fathimah Al Fihri, Perempuan Peradaban Pembangun Universitas Pertama di Dunia

Masih dalam episode Perempuan Peradaban. Kini perjalanan kita sudah lebih dari setengah nih.. kira-kira siapa ya yang dimaksud Perempuan Peradaban Pembangun Universitas yang akan kita bahas kali ini?

Beliau adalah Fathimah Al Fihri, beliau adalah pembangun Universitas pertama di dunia. Yuk ikuti kisahnya dari pemaparan yang disampaikan oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam kajian Perempuan-Perempuan Peradaban.

Fathimah Al Fihri, Pembangun Universitas Pertama di Dunia

universitas tertua di dunia

Fathimah Al Fihri adalah perempuan yang membangun universitas pertama di dunia yang masih bertahan sampai saat ini. Walaupun sebenarnya masih ada universitas yang lebih tua yaitu Universitas Zaitunah di Tunisia namun saat ini sudah tidak berlanjut.

Adapun universitas pertama di dunia yang sampai saat ini masih tegak berdiri adalah Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko yang didirikan oleh Fathimah Al Fihri.

Penyebutan Al Fihri di Afrika Utara diambil dari nama ayahnya, yakni Al Fihri dari Bani Fihr. Nama Qarawiyyin dibawa di Fez oleh keluarga Fathimah sehingga menjadi nama masjid dan nama Universitas yang berada di kota Fez.

Fathimah diperkirakan lahir sekitar tahun 800M di wilayah Tunisia. Saat itu pusat-pusat Islam sedang gemerlapan baik di Barat maupun di Timur. Wilayah Barat terang benderang karena ada Cordoba dan di wilayah Barat ada Baghdad.

Fathimah Al Fihri dianggap mendirikan pusat gemerlapan ilmu pengetahuan dan peradaban yang ketiga di dunia, yaitu di Afrika. Jadi kalau yang satu ada di Asia, lalu satu lagi di daratan Eropa, maka satu lagi di daratan Afrika.

Hal ini menjadi julukan bagi bangsa Qarawiyyin di Fez, di mana kota tersebut adalah kota Athena di Afrika. Yakni yang kita kenal sebagai kota pusat pencerahan, kota pusat cendekiawan, juga pusat dari ilmu pengetahuan yang ada di Afrika pada saat itu.

Bahkan ada yang menyebutnya Baghdad di Afrika saking gemerlapnya Fez kala itu saking dahsyatnya kontribusi Fathimah Al Fihri kala itu untuk pendidikan di wilayah Afrika. Sehingga berdatanganlah para cendekiawan dari seluruh penjuru dunia untuk belajar di Qarawiyyin, dan dari Qarawiyyin pula lahir ulama dan cendekiawan besar yang mewarnai sejarah dunia.

Fathimah dan Qarawiyyin Menghapus Pandangan Rendah Terhadap Saudagar

pendiri universitas pertama di dunia

Yang menarik dari bangsa Qarawiyyin ini adalah dulunya mereka adalah bangsa yang profesinya sebagai saudagar. Lho? Memangnya kenapa kalau saudagar alias pengusaha? Zaman itu, saudagar sama halnya seperti pekerjaan kelas bawah, jauh dari pekerjaan-pekerjaan yang diagungkan dan dijalankan oleh bangsa-bangsa lainnya seperti cendekiawan, bangsawan, dan bangsa lainnya.

Saat itu di manapun tatanan masyarakat itu ada, citra pedagang hampir selalu negatif. Seakan-akan mereka hanya peduli pada keuntungan, orientasinya hanya pada uang. Kalau di Tiongkok zaman Qin Shing Huangdi atau kaisar pertama, saudagar atau pedagang menempati kasta terendah dalam tatanan masyarakat. Mereka dianggap tidak berhak menjadi bangsawan, tidak juga berhak mendapatkan jabatan, dan lainnya.

Seperti yang terjadi pula di India, dalam urutan kasta pedagang menempati urutan kasta ketiga. Kaum Weisha khususnya. Sekaya apapun orang itu, tidak akan bisa masuk ke dalam golongan pejabat maupun bangsawan atau ksatria bahkan golongan cendekia seperti Brahmana.

Salah satu hal menarik yang diusung Islam di zaman Nabi hingga sekarang yaitu semangat berdagang dianggap sebagai hal yang positif. Semangat berniaga itu bagian dari kiprah keumatan bahwa seorang pedagang tidak terhalang untuk berpikir keuntungan dalam bisnisnya saja, tapi juga berpikir tentang kontribusi kepada umat dengan hartanya.

Oleh karena itu dalam sebuah hadist Rasulullah yang terkenal disebutkan bahwa :

Sebaik-baik harta yang baik itu adalah harta yang berada di tangan orang yang baik

Karena ia akan dipergunakan untuk amal shalih. Oleh karena itulah dalam Islam dikenal konsep wakaf, sedekah jariyah, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Islam tidak ada kontradiksi antara kehidupan sebagai seorang pebisnis, sebagai seorang pedagang dengan apa yang bisa dikontribusikan untuk agama dan ummat.

Juga ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa seorang pedagang yang jujur, profesional dan hartanya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat untuk ummat maka ia akan berkumpul di surga bersama para Nabi dan orang-orang shalih lainnya.

Itulah yang tidak didapatkan di peradaban-peradaban lain. Paradigma bisnis dalam Islam tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi setelah mendapatkan keuntungan lalu untuk apa?

Sehingga pebisnis di dalam Islam bukanlah aib. Bahkan para ulama, bangsawan dan raja pun juga berbisnis. Sehingga mereka tidak mengandalkan gaji dari negara misalnya.

Sejarah di Balik Toga dan Jubah Wisuda Universitas

Inilah yang terjadi pada keluarga Abdullah bin Muhammad Al Fihri. Beliau memiliki dua anak perempuan, yakni Fatimah Al Fihri dan Maryam Al Fihri.

Dua-duanya menjadi pewaris harta yang ditinggalkan oleh Ayah mereka. Karena keluarganya memiliki jaringan yang sangat kuat sehingga suami dari Fatimah dan Maryam Al Fihri ini juga berasal dari kalangan pebisnis.

Suami mereka para pedagang besar, bahkan Maryam sempat hijrah ke Andalusia dan di sana mewakafkan dua masjid besar dengan hartanya. Saat itu masjid merupakan satu kompleks, jadi tidak hanya masjid saja. Ada pasar, ada madrasah, rumah sakit, hingga pasar. Jadi yang dibangun oleh Maryam ini adalah 1 kompleks yang saling menopáng.

Sedangkan di Eropa abad ke-8 mengalami fase dark age, sedangkan di dunia Islam justru sedang gemerlapan.

Adapun Fatimah Al Fihri hijrah ke Maroko dan di sana Fatimah Al Fihri membangun universitas pertama yang bahkan masih bertahan hingga saat ini yakni Al Jami’ah Al Qarawiyyin atau Universitas Qarawiyyin di kota Fez di tahun 859 M. Usia universitas ini lebih tua 237 tahun dari Universitas Oxford.

Kota Fez menjadi pusat peradaban di Afrika hingga berdatangan para ulama dan cendekiawan besar. Bahkan para alumni dari Universitas Qarawiyyin ini lahir menjadi ulama besar dan cendekiawan yang masyhur. Di antaranya seperti Imam Ibnu Badjah, Imam Ibnu Khaldun (bapak ilmu sosiologi), juga Al Idrisiy (seorang kartografer atau ahli peta dunia yang sangat terkenal), juga ada yang bukan Muslim, bahkan ia menjadi Paus, yakni  Paus Sylvester II yang bernama asli Goubret de Audíllac yang berasal dari Perancis. 

Hal ini membuktikan bahwa Universitas yang didirikan oleh Fathimah Al Fihri ini sangat inklusif, terbuka untuk semua orang, juga tanpa paksaan dalam beragama. Bahkan ada tokoh Rabbi Yahudi yang belajar di universitas tersebut tentang Bahasa Arab, semuanya memiliki kesempatan seluas-luasnya.

Lalu Universitas ini pula yang menetapkan standar pembelajaran yang ada di tingkat universitas. Kalau kita mengenal kata kuliah, kata tersebut diambil dari kata kulliyyah yang memiliki arti pembelajaran yang sifatnya universal atau menyeluruh.

Untuk merayakan kelulusan, Universitas Al Qarawiyyin juga menginisiasi jubah dan juga tutup kepala (yang tidak seperti Imamah seperti biasa) yang di atasnya dilengkapi sebuah simbol Ka’bah, bentuknya kotak dan diletakkan di atas imamah. Saat ini kita mengenalnya sebagai toga wisuda sebagai lambang kehormatan mereka yang lulus dari sebuah institusi peradaban Islam yang sangat bergengsi yaitu Al Jami’ah Al Qarawiyyin atau Universitas Al Qarawiyyin.

Lalu tradisi ini kemudian berkembang ke Cordoba, Baghdad, Tiongkok, hingga seluruh dunia baik itu di Universitas Kepausan di Italia maupun universitas di Eropa lainnya.

Kita bisa membayangkan betapa besarnya kontribusi Fathimah Al Fihri saat itu, mendirikan universitas dan memikirkan standar seperti apa pendidikan di perguruan tinggi.

universitas yang didirikan Fathimah Al Fihri

Penutup

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan punya peluang untuk memiliki kiprah yang luar biasa dan akan dicatat dalam sejarah bahwa pendiri universitas tertua di dunia dan masih bertahan hingga sampai saat ini yaitu Fathimah Al Qarawiyyin.

Islam sangat membuka perempuan untuk menyalurkan perannya, sama sekali tidak dihalang-halangi bahkan untuk belajar hingga menempuh pendidikan yang tinggi. Fathimah Al Fihri mendobrak itu semua, bukan hanya sekolah tinggi, bahkan membuat perguruan tinggi!

Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua yaa! Simak juga kisah Perempuan Peradaban lainnya di sini yuk!

 

Leave a Comment

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)