Seringkali saya mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Isya,
Kenapa Bapak kok kerja terus sih Buk?
Kalau dia sedang dengan Bapaknya dan saya sedang bekerja, maka pertanyaannya akan berubah menjadi: Kenapa Ibuk kok kerja terus sih Pak?
Kira-kira kenapa ya Bun? Normal ngga sih anak kita menanyakan hal itu terus menerus? Bahkan kita yang ditanya sampai bosan dan emosi juga lama-lama hahaha.. jangan ya Bun..
Kenapa Bapak Kok Kerja Terus?
Ketika anak mengajukan pertanyaan yang serupa tersebut di atas, ini mengindikasikan adanya kebutuhan anak untuk bermain dengan orang tuanya. Wajar kok, dan itu normal. Ia hanya merindukan quality time bersama orang tuanya. Jadi jangan dimarahi, hehehe..
Dalam menjawab pertanyaan serupa dari anak terkadang kita tidak perlu terlalu menjawab dengan serius bahkan marah-marah. Itu hanya menunjukkan emosi kita yang terpancing oleh pertanyaan anak karena kita sedang merasa sangat lelah.
Semakin besar usianya, anak akan semakin paham kok mengapa orang tuanya harus bekerja, bahkan sesekali lembur. Namun, untuk anak di bawah usia 6 tahun seperti Isya, pemikiran mereka masih dalam tahap egosentris, berfokus pada dirinya sendiri. Mereka belum punya bayangan mengenai peran orang dewasa yang perlu bekerja untuk mencari yang demi memenuhi kebutuhan harian.
Berikut adalah beberapa alternatif jawaban yang bisa dijadikan ide untuk merespons pertanyaan anak dari Ibu Psikolog Samantha Elsener:
- Adek kangen ya sama Bapak? Bapak belum pulang, padahal Isya sudah mau tidur. Isya mau telpon Bapak sebelum tidur?
- Isya tadi makan apa? (lalu tunggu jawaban anak), “nah makanan yang Isya makan tadi itu bisa dibeli dari hasil kerja Bapak lho”
- Kalau Ibuk kerja, Ibuk bisa bantu orang lain di tempat kerja Ibuk dan di akhir bulan nanti bisa dapat uang.
- ATMnya Ibuk ngga ada yang ngisi, kosong. Kalau mau ada isinya harus kerja Nak..
Yang terpenting adalah ketika membicarakan tentang uang dan pekerjaan bersama anak, jangan sampai kita menyebutkan besarannya.
Hal tersebut mungkin saja terjadi. Semakin besar usia anak, maka semakin besar pula rasa penasarannya dengan jumlah nominal yang ia hasilkan per bulan atau bahkan per tahun. Sehingga penting ketika anak bertanya, kita tidak menyebutkan nominal atau besarannya.
Kenapa? Karena tujuannya agar anak tidak merasa terintimidasi atau bahkan jadi menyombongkan diri karena kekayaan orang tuanya saat ia menjalin interaksi dengan teman-temannya. Kita boleh menyebutkan perkiraan di tengah-tengahnya, misalnya jika pendapatan bulanan kita sebesar Rp 20.000.000 per bulan, kita bisa menyampaikan sekitar Rp 15.000.000-Rp25.000.000.
Pesan yang lebih penting untuk diketahui oleh anak adalah kita berhasil memenuhi kebutuhan bulanan anak dan keluarga. Itu yang paling utama, bukan nominalnya.
Jangan Rendahkan Profesi Tertentu
Lalu yang tidak kalah penting ketika anak bertanya, kenapa Bapak kok kerja terus? adalah dengan tidak merendahkan profesi tertentu.
Merendahkan atau membandingkan pekerjaan sebagai dokter lebih baik daripada sebagai pilot akan membuat anak ikut merendahkan profesi lain. Faktanya, setiap profesi memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Anak perlu memahami bahwa dalam kehidupan kita harus saling berbagi peran, tanpa kehadiran satu profesi tertentu, kita pasti akan kerepotan untuk mengerjakan semuanya sendiri.
Sebaiknya kita jelaskan juga bahwa setiap tugas dan tanggung jawab profesi agar anak paham dan dapat menghargai berbagai profesi yang ada.
Yuk bisa yuk, bahagiakan anak dengan jawaban-jawaban yang mendidik.